Home
Hari Tasyrik
hari Tasyrik adalah
Malam Takbiran Idul Adha dan Hari Tasyrik
Hari Tasyrik: Semangat Pengorbanan dan Kebaikan Setelah Idul Adha

 Hari Tasyrik adalah 

Hari Tasyrik adalah

Hari Tasyrik - comunitynews - Hari Tasyrik adalah periode tiga hari setelah hari raya Idul Adha, yang memiliki makna dan pentingan tersendiri dalam agama Islam. Merayakan Idul Adha adalah salah satu perayaan yang paling penting bagi umat Muslim di seluruh dunia, dan Hari Tasyrik adalah kelanjutan dari semangat dan kegembiraan yang ditemukan dalam perayaan tersebut.

Idul Adha sendiri dirayakan untuk memperingati ketaatan Nabi Ibrahim (Abraham) kepada Allah, di mana ia bersedia mengorbankan putranya, Ismail (Ishmael), sebagai bukti pengabdian dan taat kepada-Nya. Namun, sebelum Nabi Ibrahim berhasil menyembelih putranya, Allah mengirimkan seekor domba untuk menggantikan Ismail sebagai korban. Peristiwa ini mencerminkan keimanan dan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Allah.

Setelah perayaan Idul Adha, Hari Tasyrik dimulai dan berlangsung selama tiga hari berturut-turut, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah dalam penanggalan Hijriyah. Tasyrik berasal dari kata "syirka" yang berarti menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Secara historis, Hari Tasyrik adalah masa di mana orang-orang Arab pra-Islam melakukan berbagai kegiatan paganistik yang bertentangan dengan ajaran tauhid dalam agama Islam. Oleh karena itu, Islam menekankan pentingnya menjauhi dan tidak terlibat dalam praktik-praktik yang bertentangan dengan keimanan kepada Allah.

Selama Hari Tasyrik, umat Muslim dianjurkan untuk melanjutkan semangat pengorbanan dan kebaikan yang dilakukan selama perayaan Idul Adha. Salah satu amalan yang dianjurkan adalah melaksanakan ibadah haji di Mekah, yang merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu secara finansial dan fisik. Bagi mereka yang tidak berangkat haji, Hari Tasyrik menjadi waktu untuk terus menerapkan nilai-nilai pengorbanan dan berbagi dengan sesama.

Selain itu, Hari Tasyrik juga menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan keluarga dan komunitas. Banyak keluarga Muslim mengadakan pertemuan, makan bersama, dan berbagi makanan dengan orang-orang yang kurang mampu. Tidak hanya itu, umat Muslim juga dianjurkan untuk bersedekah dan memberikan sumbangan kepada yang membutuhkan, sebagai wujud kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama.

Namun, penting untuk diingat bahwa Hari Tasyrik bukanlah waktu untuk terlibat dalam praktik-praktik syirik atau kemusyrikan. Islam menekankan pentingnya tawheed (keyakinan pada keesaan Allah) dan menentang segala bentuk penyembahan selain Allah. Oleh karena itu, umat Muslim diingatkan untuk menjauhkan diri dari praktek-praktek yang bertentangan dengan keyakinan dan ajaran Islam yang murni.

Begitu banyak penafsiran dan pandangan yang berbeda-beda mengenai Hari Tasyrik dalam agama Islam. Ada beberapa ulama terkemuka yang memiliki pendapat yang berbeda tentang amalan yang seharusnya dilakukan pada hari tersebut.

Imam Bukhari, seorang tokoh ternama, menyampaikan pendapat Ibnu Abbas bahwa dzikir yang diperintahkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 203 merujuk pada Hari Tasyrik. Pada hari tersebut, Ibnu Abbas secara pribadi melakukan takbir dan banyak orang yang mengikuti jejaknya.

Tidak hanya itu, Muhammad bin Ali yang juga diabadikan dalam riwayat Imam Bukhari memiliki kebiasaan membaca takbir setelah melaksanakan shalat. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani berdasarkan riwayat dari Imam Abu Hanifah. Mereka berpandangan bahwa amalan yang dianjurkan pada Hari Tasyrik adalah membaca takbir setelah shalat.

Namun, dalam syarah Shahih Bukhari yang ditulis oleh Ibnu Bathal, ada kutipan dari Mahlab yang menyatakan bahwa amalan utama pada Hari Tasyrik adalah membaca takbir dengan memperhatikan lafal yang disarankan. Bahkan, Mahlab berpendapat bahwa dzikir takbir pada Hari Tasyrik jauh lebih utama daripada melaksanakan shalat sunnah.

Satu hal yang menarik adalah penekanan yang diberikan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani terkait dengan pembacaan tahlil, tahmid, dan takbir pada Hari Tasyrik. Menurutnya, ada riwayat hadis yang menganjurkan umat Islam untuk meningkatkan pembacaan tahlil, tahmid, dan takbir pada hari tersebut. Ini sejalan dengan tambahan kalimat dalam riwayat Ibnu Umar yang menyatakan, "Perbanyaklah membaca tahlil, tahmid, dan takbir pada Hari Tasyrik."

Mengenai jenis amalan ibadah yang seharusnya dilakukan pada Hari Tasyrik, pendapat yang berbeda-beda muncul. Ibnu Abi Jamrah berpendapat bahwa agama Islam tidak menentukan amalan atau dzikir tertentu pada hari tersebut. Menurutnya, semua amalan ibadah yang dilakukan pada Hari Tasyrik tetap lebih utama daripada amalan yang sama dilakukan di hari-hari lain.

Dalam pandangan umum, Hari Tasyrik dianggap sebagai waktu yang istimewa untuk beribadah. Oleh karena itu, setiap amalan yang dilakukan pada waktu-waktu istimewa tersebut akan mendapatkan pahala yang istimewa pula. Kita harus diingat bahwa Allah SWT mengistimewakan beberapa waktu dan tempat tertentu, dan Hari Tasyrik adalah salah satunya.

Dengan begitu banyaknya pandangan yang berbeda-beda, jelaslah bahwa Hari Tasyrik merupakan momen yang memiliki makna yang mendalam dalam agama Islam. Setiap individu bebas untuk memilih amalan ibadah yang paling mereka yakini dan sesuai dengan keyakinan mereka. Yang terpenting adalah menjalankan ibadah dengan penuh kesungguhan dan menghormati makna waktu yang istimewa tersebut.

Dalam kesimpulan, Hari Tasyrik adalah periode tiga hari setelah Idul Adha yang menandai kelanjutan semangat pengorbanan, kebaikan, dan kegembiraan dalam agama Islam. Ini adalah waktu untuk melanjutkan ajaran tauhid dan menunjukkan kepedulian terhadap sesama melalui ibadah, berbagi, dan bersedekah. Dengan menghormati makna dan nilai-nilai Hari Tasyrik, umat Muslim dapat memperkuat iman dan mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat yang lebih baik.

Ikuti kami di Google News 

Blog authors